LAPORAN
MINI- RISET KPB BIONIC UNY
JENIS-
JENIS BURUNG DI WILAYAH NGALAS TRENGGELENG, KRAJAN 3, DESA
GUNTUR, BENER, PURWOREJO
Disusun
Oleh:
Ahmad
Arif
(Accipiter
gularis)
Angkatan
XII/ Pericrocotus
cinnamomeus
2015
BAB
I
PENDAHULAN
A. Latar
Belakang
Dasa
Guntur merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Bener, Kabupaten
Purworejo. Kabupaten Purworejo sendiri masuk dalam Provinsi Jawa Tengah bagian
timur berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, bagian selatan berupa Samudra
Hindia, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kebumen dan Kabupaten
Wonosobo, sedangkan bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang. Berdasarkan
monografi dan monopolis Desa Guntur pada tahun 2009, diketahui bahwa Deasa
guntur sendiri merupakan desa terluas yang terdapat di Kecamatan bener dengan
luas wilayah 652.494 Ha (digilib.uin-suka.ac.id/10797/1/) Desa Guntur sendiri
dibagi menjadi 13 Dusun yakni dusun Kalipancer1,
Kalipancer 2, Krajan 1, Krajan 2, Krajan 3, Gabugan, Gupit, Sibatur, Karang
Tengah, Sipelas, Jolodoro, Kaliangkup, dan Kaliangkup 2. Para penduduknya
sebagian besar sebagai petani dengan lahan ladang yang paling dominan,
sedangkan sawah hanya sebagian kecil saja. Desa ini juga terdapat sungai yang
besar yakni Sungai Bogowonto yang membagi Krajan 1 dengan Dusun Jolodoro.
Ngalas
Trenggeleng (Hutan Trenggeleng) terdapat di wilayah
Dusun Krajan 3 yang berbatasan dengan dusun Kalipancer, di Ngalas Trenggeleng
ini belum ada rumah bahkan penduduk warga hanya berupa wilayah ladang, kebon, dan ngalas (semacam hutan) milik penduduk. Hutan sekunder ini dimanfaatkan oleh penduduk di wilayah Dusun Krajan 3 sebagai ladang yang menghasilan seperti Ketela Pohon, Cengkeh, Kencur, dan aneka pepohonan sebagai hasil ladang untuk digunakan sendiri maupun digunakan secara komersiil.
ini belum ada rumah bahkan penduduk warga hanya berupa wilayah ladang, kebon, dan ngalas (semacam hutan) milik penduduk. Hutan sekunder ini dimanfaatkan oleh penduduk di wilayah Dusun Krajan 3 sebagai ladang yang menghasilan seperti Ketela Pohon, Cengkeh, Kencur, dan aneka pepohonan sebagai hasil ladang untuk digunakan sendiri maupun digunakan secara komersiil.
Banyak
wilayah pepohonan, rerumputan, ladang dan kontur tanah yang berbukit- bukit
dimungkinkan adanya burung- burung yang menempati, maupun sekedar singgah di
wilayah Ngalas Trenggeleng. Dengan
mengetahui jenis- jenis burung yang terdapat diwilayah tersebut dapat
mengetahui keanekaragaman burung- burung yang terdapat dalam wilayah tersebut. Sejauh
ini belum ada yang melakukan pendataan maupun penelitian tentang burung yang
dilakukan di wilayah tersebut. Mini riset ini berjudul Jenis- Jenis Burung Yang
Terdapat di Ngalas Trenggeleng, Krajan 3, Desa Guntur, Bener, Purworejo.
B. Tujuan
Mengetahui
jenis- jenis burung yang terdapat di wilayah Ngalas Trenggeleng, Krajan 3, Desa Guntur, Bener, Purworejo.
BAB
II
METODE
1.
Waktu Pelaksanaan
Dalam
pengambilan data yang dilakukan di wilayah Ngalas
Trenggeleng tepatnya di Krajan 3, Desa Guntur, Bener, Kabupaten Purworejo,
yang akan dilaksanakan pada bulan Oktober- November 2015.
2.
Lokasi Pengamatan
Ngalas
Trenggeleng, Krajan 3, Desa Guntur, Bener,
Kabupaten Purworejo.
3.
Teknik Pengambilan Data
Pengambilan
datanya cocok untuk mengetahui jenis- jenis burung yang ada di Ngalas
Trenggeleng dengan mengguakan teknik Line transect yakni dengan mendata burung- burung
berdasarkan jalur yang dilalui, yang akan dilakasanakan pada bulan Oktober-
November 2015
4.
Alat
Alat
yang digunakan yakni:
a.
Alat tulis
b.
Binokuler
c.
Kamera
d.
Jam
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Waktu Pengamatan dan Hasil
·
Sabtu, 31 Oktober 2015
pukul 07:30 – 11:00
·
Minggu, 01 November
2015 pikul 06: 00 – 10:00
Berikut
data burung- burung yang didapat pada hari Sabtu (hari ke-1) dan hari Minggu
(hari ke- 2)
No.
|
Nama Indonesia
|
Nama Latin
|
Hari ke
|
|
1
|
2
|
|||
1.
|
Burung- madu kelapa
|
Anthreptes
malacensisi
|
ü
|
ü
|
2.
|
Burung-madu sriganti
|
Nectarinia
jugularis
|
ü
|
ü
|
3.
|
Kancilan bakau
|
Pachycephala
grisola
|
|
ü
|
4.
|
Cinenen pisang
|
Orthotomus
sutorius
|
ü
|
ü
|
5.
|
Pelanduk topi-hitam
|
Pellorneum
capistratum
|
ü
|
|
6.
|
Cucak kutilang
|
Pycnonotus
aurigaster
|
ü
|
ü
|
7.
|
Sepah kecil
|
Pericrocotus
cinnamomeus
|
ü
|
ü
|
8.
|
Cekakak sungai
|
Todirhamphus
chloris
|
ü
|
ü
|
9.
|
Cekakak jawa
|
Halcyon
cyanoventris
|
ü
|
ü
|
10.
|
Kapinis
|
Apus
sp.
|
|
ü
|
11.
|
Kadalan birah
|
Phenicopphaeus
curvirostris
|
ü
|
ü
|
12.
|
Wiwik
|
Cacomantis
sp.
|
ü
|
ü
|
13.
|
Dederuk jawa
|
Streptopelia
bitorquata
|
ü
|
ü
|
14.
|
Elang-alap cina
|
Accipiter
soloensisi
|
ü
|
ü
|
15.
|
Elang-ular bido
|
Spilornis
cheela
|
ü
|
ü
|
16.
|
Cipoh kacat
|
Aegithina
viridissima
|
ü
|
|
18.
|
Bondol jawa
|
Lonchura
leucogastroides
|
ü
|
ü
|
19.
|
Walet linci
|
Collocalia
linchi
|
ü
|
ü
|
20.
|
Layang-layang api
|
Hirundo
rustica
|
ü
|
|
Catatan: Nama- nama burung diatas berdasarkan
buku John MacKinnon: 2010
B.
Pembahasan
Ngala
Trenggeleng merupakan hutan sekunder yang terdapat di wilayah Krajan 3, Desa
Guntur, bagian barat merupakan lembah, dan terdapat sungai Bogowonto. Ngala
Trenggeleng sendiri dimanfaat kan oleh masyarakat untuk menanan tanaman seperti
Cengkeh (Syzygium aromaticum), Pohon
Sengon (Albizia
chinensis), Pohon Mahoni (Swietaenia
macrophylla), Bambu (Bambusa sp.),
Pohon Kelapa (Cocos nucifera), Pohon
Jati (Tectona grandis), Pohon Melinjo
(Gnetum gnemon), Sono Keling(Dalbergia latifora), Akasia (Accasia sp.) dan masih banyak lagi.
Selain area pepohonan juga terdapat semak belukar, lahan terbuka seperti lahan untuk kanaman Kencur (Kaemferia galanga), tanaman Ketela Pohon
(Manihot utulissima), dan sebagainya.
Dengan kondisi ekologi yang sedemikian rupa dapat memungkinkan burung- burung
dapat tumbuh dan berkembang.
Waktu
pengambilan data pada Sabtu, 31 Oktober
2015 pukul 07:30 – 11:00 dan Minggu, 01 November 2015 pikul 06: 00 – 10:00.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terdapat 20 jenis burung meliputi
Burung-madu Kelapa, Burung- madu Sriganti, Bondol Jawa, Cucak Kutilang,
Kancilan Bakau, Sepah Kecil, Kadalan Birah, Elang-ular Bido, Elang-alap Cina,
Cipoh Kacat, Kancilan Bakau, Cekakak Jawa, Cekakak Sungai, Dederuk Jawa,
Pelanduk-topi Hitam, Walet Linci, Kapinis, Wiwik, Layang- layang Api, dan
Cinenen Pisang.
I.
Berikut merupakan
burung- burung yang paling sering dijumpai, yakni burung walet linci, burung-
madu sriganti dan burung- madu kelapa.
1. Walet
Linci merupakan burung yang paling banyak dijumpai, hampir disetiap perjalanan
menemukan burung ini, hal ini sesuai dengan buku MacKinnon walet linci
merupakan burung yang dapat ditemukan di berbagai wilayah tidak tergantung pada
ketinggian suatu tempat. (MacKinnon. 2010: 214)
2. Setelah
Walet Linchi burung yang sering ditemukan Yakni Burung-madu Kelapa dan Burung-madu
Sriganti, burung ini biasa mencari makan berupa madu yang terdapat pada pohon
kelapa den pohon sengon. Ciri tama dari Burung-madu Kelapa yakni paruhnya yang
agak panjang kecil dan runcing, bulu pada bagian atas berwarna hijau agak kotor
(hijau zaitun) dengan tengkuk yang berwarna agak metalik (jantan) sedangkan
bagian bawah dominan berwarna kuning. Burung-madu Sriganti ukuranya lebih kecil
dibandingkan dengan burung madu kelapa, paruh agak panjang kecil dan runcing.
Bulu bagian atas berwarna hijau kotor (hijau zaitun), bagian bawah dominan
berwarna kuning dengan leher berwarna biru metalik ( jantan.)
II.
Burung seperti Dederuk
Jawa, Kadalan Birah, Elang-Ular Bido, Cinenen Pisang, Bondol Jawa, Sepah Kecil, Cucak Kutilang, Cekakak Jawa,
Dan Cekakak Sungai, keberadaanya sering di dijumpai, namun tidak sesering Walet Linci,
Burung-Madu Sriganti, Maupun Burung-Madu Kelapa.
1. Burung
Dederuk Jawa biasanya turun ke tanah mencari makan, namun sering bertengger di
pohon- pohon yang tinggi sambil bersuara, saat pengamatan dilakukan melihat
adanya burung ini sedang diatas tanah namun karena mungkin terganggu kemudian
terbang ke pepohonan terkadang terdengar suaranya, hal ini sesuai dengan buku
MacKinnon burung Dederuk Jawa sering mengunjungi tempat- tempat terbuka,
pedesaan dekat hutan. Beristirahat pada pohon- pohon kecil, makan di daerah
terbuka di atas permukaan tanah, berpasangan atau dalam kelompok- kelompok
kecil. (MacKinnon. 2010: 175)
2. Kadalan
Birah merupakan burung yang berukuran besar dan baerwarna hijau agak kebiruan,
ekor yang panjang dengan ujung berwarna agak kemerahan, paruh kokoh
keputihan,lingkar luar mata yang berwarna merah. Saat pengamatan burung ini
ada tiga ekor terlihat di atas pepohonan, sering berpindah- pindah
dari pohon satu ke pohon yang lain, saat kedatangan manusia atau terganggu
burung ini langsung terbang dan menjauh, hal ini sesuai dengan buku MacKinnon Kadalan
Birah berukuran besar (46 cm), paruh hijau, ekor panjang dan ujung merah karat
yang jelas,. Mahkota dan tengkut abu- abu, tubuh bagian atas hijau pucat, kulit
muka disekitar mata berwarna merah, tubuh bagian bawah berwarna merah karat.
Kebiasaan sering mengunjungi belukar di hutan- hutan, kadang berpasangan atau
dalam keluarga kecil, bertengger diam untuk waktu yang lama pada tajuk pohon
kecil. Kadang- kadang datang ke padang alang- alang. (MacKinnon. 2010: 192)
3. Elang-ular
Bido merupkan burung dengan ukuran besar, saat pengamatan burung ini berjumlah
tiga terbang melingkar di lagit sambil bersuara, dengan dominansi tubuh berwarna
gelap. Pada hari pertama dan hari kedua di temukan kira- kira pada jam 09:00-
10:00, hal ini sesuai dengan buku MacKinnon Elang-ular Bido berukuran sedang
(50 cm), berwarna gelap. Sayap sangat lebar membulat, ekor pendek. Dewasa;
tubuh bagian atas coklat abu- abu gelap, tubuh bagian bawah coklat. Ciri
khasnya adalah kulit kuning tanpa bulu di antara mata dan paruh. Pada saat
terbang, terlihat garis putih lebar pada ekor dan garis putih pada pinggir
belakang sayap. Suara sangat ribut, melayang- layang di atas hutan,
mengeluarkan suara nyaring dan lengking “kiu-liu”, atau “ke-liik-liik”, yang
khas dengan tekanan dua nada terakhir. Sering terlihat terbang melingkar di
atas hutan dan perkebunan. (MacKinnon. 2010: 88- 89).
4. Cinenen
Pisang, saat pengamatan burung ini biasanya terdapat di semak- semak, atau
pohon kecil, biasanya berpasangan, atau dalam jumlah kecil, dengan suara yang
khas, terbang rendah berpindah dari semak satu kesemak lain. Burung ini dengan
ciri- ciri berukuran kecil, lebih kecil dari Burung Gereja, dominan berwarna
coklat kehijauan, ekor panjang sering ditegakkan, dengan adanya warna merah
karat pada daerah atas kepala, hal ini sesuai dengan buku MacKinnon Cinenen
Pisang berukuran kecil (10 cm). Mahkota merah karat, perut putih, ekor panjang
dan sering ditegakkan. Punggung, sayap, dan ekor berwarna hijau-zaitun. Suara
sangat keras, berulang-
ulangn”te-cii-te-cii..”, monoton”ciu-ciu-ciu...”,atau “twiii” tunggal.
Cinenen Pisang biasanya menggunjungi hutan terbuka, hutan sekunder, dan pekarangan.
Lincah selalu bergerak atau dengan gagah mengeluarkan suara yang menusuk.
Tinggal di semak bawah dan bersembunyi dalam kerimbunannya. (MacKinnon.2010:
355).
5. Bondol
Jawa merupakan burung yang keberadaanya keberadaanya tidak begitu sering di
temukan. Saat pengamatan selama dua hari burung ini ditemukan berpasangan, dan
terkadang dalam jumlah kecil, menempati pada daerah terbuka dan terkadang di
atas tanah . Burung ini bercirikan berukuran sebesar burung gereja, bagian atas
berwarna gelap, bagian dada ke bawah berwarna putih, paruh pendek besar dan
kokoh, hal ini sesuai dengan buku MacKinnon Bondol Jawa berukuran agak kecil
(11 cm). Tubuh bagian atas berwarna
coklat tanpa coretan, muka dan dada bagian atas berwarna hitam, sisi
perut dan sisi tubuh putih, ekor bawah coklat tua. Biasanya mengujungi semua
jenis lahan pertanian dan lahan berumput alami, memebentuk kelompok salama
musim panen Padi, tapi biasanya hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil.
Mencari makan di atas tanah atau memetik biji dari bulir rumput.
(MacKinnon.2010: 424)
6. Sepah
Kecil, saat pengamatan burung ini ditemukan selama pengamatan yakni dua hari
berturut- turut, biarpun sekali dalam sehari. Saat pengamatan burung ini dalam
kelompok, aktif di pohon- pohon dengan lincah berpindah- pindah dari pohon satu
kepohon lain dan sering menempati strata
bagian atas Pohon Sengon, dan Pohon Jati. Sepah Kecil berukuran kecil, sebesar Burung
Gereja, badan langsing, ekor panjang, bagian bawah dominansi berwarna orange,
dengan leher keatas berwarna gelap kelabu, hal ini sesuai dengan buku MacKinnon Sepah Kecil berukuran keciln (15
cm), perbedaannya dengan sepah lain adalah kepala dan mantel jantan abu- abu
serta tubuh bagian bawah betina keputih- putihan dan lebih buram. Kebiasaan lebih menyukai hutan
terbuka, hutan mangrove, tanah pertanian, dan pedesaan. Terbang dalam kelompok
kecil yang aktif dan ribut, mencari makan di pucuk pohon- pohon yang tinggi.
(MacKinnon. 2010: 275).
7. Cucak
Kutilang, merupakan burung yang keberadaanya terkadang terlihat berkelompok
dalam jumah kecil, ditemukan di daerah
pepeohonan, tempat- tempat terbuka, dan ladang. Cucak Kutilang dengan ciri-
ciri berukuran sedang, lebih besardari burung gereja namun lebih kecil
dibandingkan dengan perkutut jawa, bagian bawah dominan berwarna abu- abu
dengan tungging berwarna kekningan, kepala berjambul dan berwarna hitan, hal
ini sesuai dengan buku MacKinnon burung cucak kutilang berukuran sedang,
bertopi hitam, dengan tunggir keputih- putihan dan tungging jingga kuning. Dagu
dan kepal berwarna hitam. Kerah, tunggir, dada, dan perut berwarna putih. Sayap
hitam, ekor coklat. Kebiasaan hidup dalam kelompok yang aktif dan ribut,
menyukai pepohonan terbuka atau habitat bersemak, di pinggir hutan, tumbuhan
sekunder, taman, dan pekarangan, atau kota besar. (MacKinnon.2010: 284).
8. Cekaka
Jawa dan Cekaka Sungai merupakan burung yang kebradaanya terkadang terlihat di
ranting- ranting pohon. Saat terbang mengeluatkan suara- suara yang khas, Cekakak
Jawa maupun Cekakak Sungai di temukan sediri, tidak berpasangan mupun dalam
kelompok. Sebenarnya burung ini kebiasaan berada di pohon- pohon dekat sungai,
Ngalas Trenggeleng sendiri merupakan ladang, yang banyak pepeohonan dan area
terbuka, di bagian sebelah barat terdapat Sungai Bogowonto, mungkin ini yang
menyebabkan Cekakak Sungai maupun Cekakak Jawa di temukan di Ngalas
Trenggeleng. Cekaka Jawa berukuran sedang, lebih besar dibandingkan dengan
cucak kutilang, dominansi berwarna biru paruh panjang dan kokoh, berwarna
merah, hal ini sesuai dengan buku MacKinnon cekaka jawa berukuran sedang (25
cm), kepala coklat tua, tenggorokan dan kerak coklat. Perut dan punggungnya
biru ungu, penutup sayap hitam, bulu terbang biru terang. Bercak putih pada
sayap terlihat sewaktu terbang. Cekaak Jawa biasanya bertengger pada cabang
rendah pohon yang terisolasi atau pada tiang di lahan rumput terbuka. Memburu
serangga dan mangsa lain. (MacKinnon.2010: 226- 277). Sedangkan Cekak Sungai bentuk
dan ukuran tubuh mirip dengan Cekak Jawa, bagian sayap, kepala bagian atas, dan
ekor berwarna biru terang, bagian bawah dominansi berwarna putih, hal ini
sesuai dengan buku MacKinnon Cekakak Sungai berukuran sedang (24 cm). Mahkota,
sayap, punggung, dan ekor biru kehijauan berkilau terang. Kekang putih, kerah
dan tubuh bagian bawah putih. Cekakak Sungai ditemukan di daerah terbuka,
terutama di daerah pantai. Bertengger pada batu atau pohon. Berburu di
sepanjang pantai atau di daerah terbuka dekat perairan, termasuk pohon, kota
dan perkebunan. (MacKinnon. 2010: 227).
III.
Selanjutnya kategori
burung- burung yang jarang ditemukan di Ngalas Trenggeleng, yakni burung
kancilan bakau, cipoh kacat, pelanduk topi hitam, wiwik, kapinis rumah, elang-alap
cina dan layang-layang api.
1. Kancilan
Bakau saat pegamatan sendirian, tidak berpasangan, dan beada pepohonan sambil
mengeluarkan suara, burung ini berukuran kecil (sebesar Burung Gereja), dengan
didominasi tubuh berwarna keabu-abuan, pruh kokoh pendek dan berwarna hitam. Hal
ini sesuai dengan buku MacKinnon Kancian
Bakau didominasi tubuhnya berwarna keabu- abuan berukuran sedang (14 cm) suara degngan
siulan nyaring merdu terdiri atas tiga- enam nada yang tiba- tiba terputus
berakhir dengan nada yang menyentak ( seperti bunyi “pukulan cambuk”), kadang-
kadang dengan sentakan ganda. Kebiasaan mengunjungi hutan mangrove, semak
pantai, hutan sekunder, rumpun Banbu atau Palem. Ditemukan sendirian atau
berpasangan .(MacKinnon.2010: 383- 384).
2. Pelanduk-
topi Hitam, saat pengamatan burung ini berpasangan di bawah naungan pepohonan
mencari makan di antara seresah- seresah daun, sehingga terkadang tersamarkan.
Burung ini dominan berwarna coklat, yang paling menonjol adalah warna garis
agak lebar pada kepala. Hal ini sesuai dengan buku MacKinnon Pelanduk-topi
Hitam berukuran sedang (17 cm), berwarna coklat dengan mahkota berwarna
kehitaman dan garis alis yang jelas, yang berwarna kuning kemerahan di depan
dan putih dibelakang , tubuh bagian atas berwarna coklat kemerahan, bagian
bawah berwarna kuning kemerah- merahan dan tenggorokan keputih- putihan.
Biasanya menghuni tumbuhan bawah di hutan primer atau sekunder, dan rumpun
banbu atau palem. Biasanya menyendiri, kadang- kadang dalam kelompok kecil atau
berpasangan, di atas atau dekat permukaan tanah. (MacKinnon.2010:308).
3. Cipoh
Kacat, saat pengamatan burung ini ditemukan hanya pada hari pertama dan tidak
ditemukan pada hari kedua. Burung ini ditemukan pada tanamn sengon, berjumlah
kelompok kecil, dan berpindah- pindah dari pohon sengon satu ke Pohon Sengon yang
lain. Cipoh Kacat berciri- ciri berukuran sedang, lebih kecil daripada cucak
kutilang, dominansi berwarna hijau muda, pada sayap terdapat garis berwarna
putih kekuningan secara horizontal, hal ini sesuai dengan buku MacKinnon Cipoh
Kacat berukuran kecil (14 cm). Tubuh bagian atas hijau zaitun, sayap kehitaman.
Tetapi sisi bulu putih, linhkar mata kuning, tubuh bagian bawah kuning.
Kebiasaan menghuni taman, hutan mangrove, hutan terbuka, dan hutan sekunder,
umumnya sendiri atau berpasangan, berlompatan di cabang- cabang pohon kecil.( MacKinnon.2010:
277)
4. Wiwik,
saat pengamatan hanya terdengar suaranya dengan jelas, namun tidak terlihat
dengan jelas, sehigga mengalami kesulitan dalam pembahasan.
5. Kapinis
Rumah, saat pengamatan burung ini ditemukan pada hari kedua, hanya satu dan terbang
melayang- layang, bersama dengan Walet Linci. Kapinis Rumah dengan ciri- ciri
berukuran lebih besar dibandingkan dengan walet linci, dominan berwarna hitam,
sayap panjang dan ramping, tunggir putih, ekor tidak menggarpu, hal ini sesuai
dengan buku MacKinnon Kapinis Rumah dengan ciri- ciri berukuran sedang (15 cm),
berwarna hitam dengan tenggorokan dan tunggir putih. Ekor bertakik, bukan
menggarpu. Biasa hidup dalam kelompok besar, berburu dengan cara terbang,
biasanya di daerah terbuka. (MacKinnon.2010: 217)
6. Layang-layang
Api, saat pengamatan burung ini hanya satu dan hanya melintas. Layang-layang Api
dengan ciri- ciri berukuran sedang, sebesar Walet Linci , saat terbang ekor
tampak menggarpu panjang, saat terbang sayap dibentangkan kebelakang, hal ini
sesuai dengan buku MacKinnon Layang-layang Api berukuran sedang (20 cm termasuk
bulu ekor yang memanjang). Tubuh bagian atas berwarna biru baja, pinggir
tenggorokan kemerahan, perut putih, ada garis biru pada dada atas dan ekor
sangat panjang. Kebiasaan melayang den melingkar di udara atau terbang rendah
di atas tanah atau air untu menangkap serangga kecil, terkadang bertengger di
ujung- ujung pohon yang telah mati. (MacKinnon.2010: 267)
7. Elang-alap
Cina, saat pengamatanburung ini ditemukan berturut- turut selama dua hari,
berada di ranting pohon. Dapat di pastikan bahwa elang- alap cina sedang
migrasi, mengingat bahwa bulan Oktober- November merupakan migrasi burung-
burung reptor, termasuk elang-alap cina. Elang- alap Cina dengan ciri- ciri
berukuran sedang, lebih kecil dibandingkan dengan Elang-ular Bido, warna bulu
pada tubuhnya dominan berwarna keabu- abuan, kaki berwarna kining, terdapat
garis- garis gelap pada ekor. Hal ini sesuai dengan buku menurut MacKinnon
elang-alap cina berukuran sedang (33 cm), tubuh bagian atas abu- abu biru,
tubuh bagian bawahnya putih, terdapat sapuan merah karat yang samar pada dada
dan sisi tubuh, dengan sedikit garis abu- abu pada paha. Iris merah atau
coklat, paruh abu- abu dengan ujung hitam, ser dan kaki jinga. Kebiasaan
memangsa kodok, belalang, kadal, dan burung kecil di daerah terbuka. Biasanya
berburu dari tenggeran, tetapi kadang- kadang terbang melingkat di atas, dan
menerkan mangsanya dari tanah.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan duakali pengambilan data selama dua hari dapat
disimpulkan bahwa di Ngalas Trenggeleng terdapat 20 jenis burung yakni;
burung-madu kelapa, burung- madu sriganti, bondol jawa, cucak kutilang,
kancilan bakau, sepah kecil, kadalan birah, elang-ular bido, elang-alap cina,
cipoh kacat, kancilan bakau, cekakak jawa, cekakak sungai, dederuk jawa,
pelanduk-topi hitam, walet linci, kapinis, wiwik, layang- layang api, dan
cinenen pisang.
Sedangkan
burung yang paling sering dijumpai Yakni
Walet Linci, Burung-madu Kelapa Dan Burung-madu Sriganti. Burung seperti
Dederuk Jawa, Kadalan Birah, Elang-ular Bido, Cinenen Pisang, Bondol Jawa, Sepah Kecil, Cucak Kutilang, Cekakak Jawa,
Dan Cekakak Sungai, keberadaanya sering di
dijumpai, namun tidak sesering Walet Linci, Burung-madu Sriganti, Maupun
Burung-madu Kelapa. Burung- burung yang jarang ditemukan di Ngalas Trenggeleng,
yakni burung Kancilan Bakau, Cipoh Kacat, Pelanduk-topi Hitam, Wiwik, Kapinis
Rumah, Elang-alap Cina Dan Layang-layang Api.
B. Saran
Sebaiknya
pengamatan tidak hanya dilakuka sebanyak dua kali selama dua hari, disarankan
lebih dari dua kali. Lebih diperbanyak lagi sumber literatur yang digunakan dan
lebih mahir dalam menggunakan kamera.
Daftar
Pustaka
MacKinnon, John. 2010. Burung- burung di Sumatara, Jawa, Bali, dan
Kalimantan. Bogor: Burung Indonesia
Sujana, Arman. 2007. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Mega
Aksara
http://digilib.uin-suka.ac.id/10797/1/
Silakan lengkapi postingan Anda minimal 3 postingan, terimakasih :)
BalasHapusok...nunggu...
BalasHapusBismillah,
BalasHapusSelamat Arif, Anda dinyatakan berhak mengikuti Gelatik (Gelar Pelantikan) Anggota KPB Bionic UNY dengan syarat segera melengkapi postingan di blog Anda sebelum jumat jam 7 pagi. Tempat masih dirahasiakan. Pelaksanaan insyaAllah hari Jumat-Sabtu, 11-12 Desember 2015. Perlengkapan yang perlu dibawa : Baju pengamatan, kaos angkatan (jika sudah jadi), makan besar dibungkus untuk jumat malam, snack secukupnya, obat pribadi, jaket, buku catatan pengamatan, slayer hijau bionic, power point hasil miniriset (memuat : judul, latar belakang, tujuan, tempat dan waktu pengambilan data, hasil, kesimpulan, daftar pustaka)....
Pengumuman ini bersifat personal, jadi mohon tidak disebarkan. Terimakasih.
Sekali lagi selamat.....