Kamis, 26 November 2015


LAPORAN MINI- RISET KPB BIONIC UNY
JENIS- JENIS BURUNG DI WILAYAH  NGALAS TRENGGELENG, KRAJAN 3, DESA GUNTUR, BENER, PURWOREJO










Disusun Oleh:
Ahmad Arif
 (Accipiter gularis)
Angkatan XII/ Pericrocotus cinnamomeus
2015



BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Dasa Guntur merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo. Kabupaten Purworejo sendiri masuk dalam Provinsi Jawa Tengah bagian timur berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, bagian selatan berupa Samudra Hindia, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Wonosobo, sedangkan bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang. Berdasarkan monografi dan monopolis Desa Guntur pada tahun 2009, diketahui bahwa Deasa guntur sendiri merupakan desa terluas yang terdapat di Kecamatan bener dengan luas wilayah 652.494 Ha (digilib.uin-suka.ac.id/10797/1/) Desa Guntur sendiri dibagi menjadi 13 Dusun  yakni dusun Kalipancer1, Kalipancer 2, Krajan 1, Krajan 2, Krajan 3, Gabugan, Gupit, Sibatur, Karang Tengah, Sipelas, Jolodoro, Kaliangkup, dan Kaliangkup 2. Para penduduknya sebagian besar sebagai petani dengan lahan ladang yang paling dominan, sedangkan sawah hanya sebagian kecil saja. Desa ini juga terdapat sungai yang besar yakni Sungai Bogowonto yang membagi Krajan 1 dengan Dusun  Jolodoro.
Ngalas Trenggeleng (Hutan Trenggeleng) terdapat di wilayah Dusun Krajan 3 yang berbatasan dengan dusun Kalipancer, di Ngalas Trenggeleng
 ini belum ada rumah bahkan penduduk warga hanya berupa wilayah ladang, kebon, dan ngalas (semacam hutan) milik penduduk. Hutan sekunder ini dimanfaatkan oleh penduduk di wilayah  Dusun Krajan 3 sebagai ladang yang menghasilan seperti Ketela
Pohon, Cengkeh, Kencur, dan aneka pepohonan sebagai hasil ladang untuk digunakan sendiri maupun digunakan secara komersiil.
Banyak wilayah pepohonan, rerumputan, ladang dan kontur tanah yang berbukit- bukit dimungkinkan adanya burung- burung yang menempati, maupun sekedar singgah di wilayah Ngalas Trenggeleng. Dengan mengetahui jenis- jenis burung yang terdapat diwilayah tersebut dapat mengetahui keanekaragaman burung- burung yang terdapat dalam wilayah tersebut. Sejauh ini belum ada yang melakukan pendataan maupun penelitian tentang burung yang dilakukan di wilayah tersebut. Mini riset ini berjudul Jenis- Jenis Burung Yang Terdapat di Ngalas Trenggeleng, Krajan 3, Desa Guntur, Bener, Purworejo.
B. Tujuan
Mengetahui jenis- jenis burung yang terdapat di wilayah Ngalas Trenggeleng, Krajan 3, Desa Guntur, Bener, Purworejo.




BAB II
METODE

1. Waktu Pelaksanaan
Dalam pengambilan data yang dilakukan di wilayah Ngalas Trenggeleng tepatnya di Krajan 3, Desa Guntur, Bener, Kabupaten Purworejo, yang akan dilaksanakan pada bulan Oktober- November 2015.
2. Lokasi Pengamatan
Ngalas Trenggeleng, Krajan 3, Desa Guntur, Bener, Kabupaten Purworejo.
3. Teknik Pengambilan Data
Pengambilan datanya cocok untuk mengetahui jenis- jenis burung yang ada di Ngalas Trenggeleng dengan  mengguakan teknik Line transect  yakni dengan mendata burung- burung berdasarkan jalur yang dilalui, yang akan dilakasanakan pada bulan Oktober- November 2015
4. Alat
Alat yang digunakan yakni:
a. Alat tulis
b. Binokuler
c. Kamera
d. Jam











BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Waktu Pengamatan dan Hasil
·         Sabtu, 31 Oktober 2015 pukul 07:30 – 11:00
·         Minggu, 01 November 2015 pikul 06: 00 – 10:00
Berikut data burung- burung yang didapat pada hari Sabtu (hari ke-1) dan hari Minggu (hari ke- 2)

No.

Nama Indonesia

Nama Latin
Hari ke
1
2
1.
Burung- madu kelapa
Anthreptes malacensisi
ü   
ü   
2.
Burung-madu sriganti
Nectarinia jugularis
ü   
ü   
3.
Kancilan bakau
Pachycephala grisola

ü   
4.
Cinenen pisang
Orthotomus sutorius
ü   
ü   
5.
Pelanduk topi-hitam
Pellorneum capistratum
ü   

6.
Cucak kutilang
Pycnonotus aurigaster
ü   
ü   
7.
Sepah kecil
Pericrocotus cinnamomeus
ü   
ü   
8.
Cekakak sungai
Todirhamphus chloris
ü   
ü   
9.
Cekakak jawa
Halcyon cyanoventris
ü   
ü   
10.
Kapinis
Apus sp.

ü   
11.
Kadalan birah
Phenicopphaeus curvirostris
ü   
ü   
12.
Wiwik
Cacomantis sp.
ü   
ü   
13.
Dederuk jawa
Streptopelia bitorquata
ü   
ü   
14.
Elang-alap cina
Accipiter soloensisi
ü   
ü   
15.
Elang-ular bido
Spilornis cheela
ü   
ü   
16.
Cipoh kacat
Aegithina viridissima
ü   

18.
Bondol jawa
Lonchura leucogastroides
ü   
ü   
19.
Walet linci
Collocalia linchi
ü   
ü   
20.
Layang-layang api
Hirundo rustica
ü   

 Catatan: Nama- nama burung diatas berdasarkan buku John MacKinnon: 2010






B. Pembahasan
Ngala Trenggeleng merupakan hutan sekunder yang terdapat di wilayah Krajan 3, Desa Guntur, bagian barat merupakan lembah, dan terdapat sungai Bogowonto. Ngala Trenggeleng sendiri dimanfaat kan oleh masyarakat untuk menanan tanaman seperti Cengkeh (Syzygium aromaticum), Pohon Sengon (Albizia chinensis), Pohon Mahoni (Swietaenia macrophylla), Bambu (Bambusa sp.), Pohon Kelapa (Cocos nucifera), Pohon Jati (Tectona grandis), Pohon Melinjo (Gnetum gnemon), Sono Keling(Dalbergia latifora), Akasia (Accasia sp.) dan masih banyak lagi. Selain area pepohonan juga terdapat semak belukar, lahan terbuka seperti  lahan untuk kanaman Kencur (Kaemferia galanga), tanaman Ketela Pohon (Manihot utulissima), dan sebagainya. Dengan kondisi ekologi yang sedemikian rupa dapat memungkinkan burung- burung dapat tumbuh dan berkembang.
Waktu pengambilan data pada  Sabtu, 31 Oktober 2015 pukul 07:30 – 11:00 dan Minggu, 01 November 2015 pikul 06: 00 – 10:00. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terdapat 20 jenis burung meliputi Burung-madu Kelapa, Burung- madu Sriganti, Bondol Jawa, Cucak Kutilang, Kancilan Bakau, Sepah Kecil, Kadalan Birah, Elang-ular Bido, Elang-alap Cina, Cipoh Kacat, Kancilan Bakau, Cekakak Jawa, Cekakak Sungai, Dederuk Jawa, Pelanduk-topi Hitam, Walet Linci, Kapinis, Wiwik, Layang- layang Api, dan Cinenen Pisang.
I.          Berikut merupakan burung- burung yang paling sering dijumpai, yakni burung walet linci, burung- madu sriganti dan burung- madu kelapa.
1.      Walet Linci merupakan burung yang paling banyak dijumpai, hampir disetiap perjalanan menemukan burung ini, hal ini sesuai dengan buku MacKinnon walet linci merupakan burung yang dapat ditemukan di berbagai wilayah tidak tergantung pada ketinggian suatu tempat. (MacKinnon. 2010: 214)
2.      Setelah Walet Linchi burung yang sering ditemukan Yakni Burung-madu Kelapa dan Burung-madu Sriganti, burung ini biasa mencari makan berupa madu yang terdapat pada pohon kelapa den pohon sengon. Ciri tama dari Burung-madu Kelapa yakni paruhnya yang agak panjang kecil dan runcing, bulu pada bagian atas berwarna hijau agak kotor (hijau zaitun) dengan tengkuk yang berwarna agak metalik (jantan) sedangkan bagian bawah dominan berwarna kuning. Burung-madu Sriganti ukuranya lebih kecil dibandingkan dengan burung madu kelapa, paruh agak panjang kecil dan runcing. Bulu bagian atas berwarna hijau kotor (hijau zaitun), bagian bawah dominan berwarna kuning dengan leher berwarna biru metalik ( jantan.)
II.          Burung seperti Dederuk Jawa, Kadalan Birah, Elang-Ular Bido, Cinenen Pisang, Bondol Jawa,  Sepah Kecil, Cucak Kutilang, Cekakak Jawa, Dan Cekakak Sungai, keberadaanya sering di   dijumpai, namun tidak sesering Walet Linci, Burung-Madu Sriganti, Maupun Burung-Madu Kelapa.
1.      Burung Dederuk Jawa biasanya turun ke tanah mencari makan, namun sering bertengger di pohon- pohon yang tinggi sambil bersuara, saat pengamatan dilakukan melihat adanya burung ini sedang diatas tanah namun karena mungkin terganggu kemudian terbang ke pepohonan terkadang terdengar suaranya, hal ini sesuai dengan buku MacKinnon burung Dederuk Jawa sering mengunjungi tempat- tempat terbuka, pedesaan dekat hutan. Beristirahat pada pohon- pohon kecil, makan di daerah terbuka di atas permukaan tanah, berpasangan atau dalam kelompok- kelompok kecil. (MacKinnon. 2010: 175)
2.      Kadalan Birah merupakan burung yang berukuran besar dan baerwarna hijau agak kebiruan, ekor yang panjang dengan ujung berwarna agak kemerahan, paruh kokoh keputihan,lingkar luar mata yang berwarna merah. Saat pengamatan burung ini ada  tiga ekor terlihat  di atas pepohonan, sering berpindah- pindah dari pohon satu ke pohon yang lain, saat kedatangan manusia atau terganggu burung ini langsung terbang dan menjauh, hal ini sesuai dengan buku MacKinnon Kadalan Birah berukuran besar (46 cm), paruh hijau, ekor panjang dan ujung merah karat yang jelas,. Mahkota dan tengkut abu- abu, tubuh bagian atas hijau pucat, kulit muka disekitar mata berwarna merah, tubuh bagian bawah berwarna merah karat. Kebiasaan sering mengunjungi belukar di hutan- hutan, kadang berpasangan atau dalam keluarga kecil, bertengger diam untuk waktu yang lama pada tajuk pohon kecil. Kadang- kadang datang ke padang alang- alang. (MacKinnon. 2010: 192)
3.      Elang-ular Bido merupkan burung dengan ukuran besar, saat pengamatan burung ini berjumlah tiga terbang melingkar di lagit sambil bersuara, dengan dominansi tubuh berwarna gelap. Pada hari pertama dan hari kedua di temukan kira- kira pada jam 09:00- 10:00, hal ini sesuai dengan buku MacKinnon Elang-ular Bido berukuran sedang (50 cm), berwarna gelap. Sayap sangat lebar membulat, ekor pendek. Dewasa; tubuh bagian atas coklat abu- abu gelap, tubuh bagian bawah coklat. Ciri khasnya adalah kulit kuning tanpa bulu di antara mata dan paruh. Pada saat terbang, terlihat garis putih lebar pada ekor dan garis putih pada pinggir belakang sayap. Suara sangat ribut, melayang- layang di atas hutan, mengeluarkan suara nyaring dan lengking “kiu-liu”, atau “ke-liik-liik”, yang khas dengan tekanan dua nada terakhir. Sering terlihat terbang melingkar di atas hutan dan perkebunan. (MacKinnon. 2010: 88- 89).
4.      Cinenen Pisang, saat pengamatan burung ini biasanya terdapat di semak- semak, atau pohon kecil, biasanya berpasangan, atau dalam jumlah kecil, dengan suara yang khas, terbang rendah berpindah dari semak satu kesemak lain. Burung ini dengan ciri- ciri berukuran kecil, lebih kecil dari Burung Gereja, dominan berwarna coklat kehijauan, ekor panjang sering ditegakkan, dengan adanya warna merah karat pada daerah atas kepala, hal ini sesuai dengan buku MacKinnon Cinenen Pisang berukuran kecil (10 cm). Mahkota merah karat, perut putih, ekor panjang dan sering ditegakkan. Punggung, sayap, dan ekor berwarna hijau-zaitun. Suara sangat keras, berulang-  ulangn”te-cii-te-cii..”, monoton”ciu-ciu-ciu...”,atau “twiii” tunggal. Cinenen Pisang biasanya menggunjungi hutan terbuka, hutan sekunder, dan pekarangan. Lincah selalu bergerak atau dengan gagah mengeluarkan suara yang menusuk. Tinggal di semak bawah dan bersembunyi dalam kerimbunannya. (MacKinnon.2010: 355).
5.      Bondol Jawa merupakan burung yang keberadaanya keberadaanya tidak begitu sering di temukan. Saat pengamatan selama dua hari burung ini ditemukan berpasangan, dan terkadang dalam jumlah kecil, menempati pada daerah terbuka dan terkadang di atas tanah . Burung ini bercirikan berukuran sebesar burung gereja, bagian atas berwarna gelap, bagian dada ke bawah berwarna putih, paruh pendek besar dan kokoh, hal ini sesuai dengan buku MacKinnon Bondol Jawa berukuran agak kecil (11 cm). Tubuh bagian atas berwarna  coklat tanpa coretan, muka dan dada bagian atas berwarna hitam, sisi perut dan sisi tubuh putih, ekor bawah coklat tua. Biasanya mengujungi semua jenis lahan pertanian dan lahan berumput alami, memebentuk kelompok salama musim panen Padi, tapi biasanya hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil. Mencari makan di atas tanah atau memetik biji dari bulir rumput. (MacKinnon.2010: 424)
6.      Sepah Kecil, saat pengamatan burung ini ditemukan selama pengamatan yakni dua hari berturut- turut, biarpun sekali dalam sehari. Saat pengamatan burung ini dalam kelompok, aktif di pohon- pohon dengan lincah berpindah- pindah dari pohon satu kepohon lain dan  sering menempati strata bagian atas Pohon Sengon, dan Pohon Jati. Sepah Kecil berukuran kecil, sebesar Burung Gereja, badan langsing, ekor panjang, bagian bawah dominansi berwarna orange, dengan leher keatas berwarna gelap kelabu, hal ini sesuai dengan buku  MacKinnon Sepah Kecil berukuran keciln (15 cm), perbedaannya dengan sepah lain adalah kepala dan mantel jantan abu- abu serta tubuh bagian bawah betina keputih- putihan dan lebih  buram. Kebiasaan lebih menyukai hutan terbuka, hutan mangrove, tanah pertanian, dan pedesaan. Terbang dalam kelompok kecil yang aktif dan ribut, mencari makan di pucuk pohon- pohon yang tinggi. (MacKinnon. 2010: 275).
7.      Cucak Kutilang, merupakan burung yang keberadaanya terkadang terlihat berkelompok dalam jumah kecil,  ditemukan di daerah pepeohonan, tempat- tempat terbuka, dan ladang. Cucak Kutilang dengan ciri- ciri berukuran sedang, lebih besardari burung gereja namun lebih kecil dibandingkan dengan perkutut jawa, bagian bawah dominan berwarna abu- abu dengan tungging berwarna kekningan, kepala berjambul dan berwarna hitan, hal ini sesuai dengan buku MacKinnon burung cucak kutilang berukuran sedang, bertopi hitam, dengan tunggir keputih- putihan dan tungging jingga kuning. Dagu dan kepal berwarna hitam. Kerah, tunggir, dada, dan perut berwarna putih. Sayap hitam, ekor coklat. Kebiasaan hidup dalam kelompok yang aktif dan ribut, menyukai pepohonan terbuka atau habitat bersemak, di pinggir hutan, tumbuhan sekunder, taman, dan pekarangan, atau kota besar. (MacKinnon.2010: 284).
8.      Cekaka Jawa dan Cekaka Sungai merupakan burung yang kebradaanya terkadang terlihat di ranting- ranting pohon. Saat terbang mengeluatkan suara- suara yang khas, Cekakak Jawa maupun Cekakak Sungai di temukan sediri, tidak berpasangan mupun dalam kelompok. Sebenarnya burung ini kebiasaan berada di pohon- pohon dekat sungai, Ngalas Trenggeleng sendiri merupakan ladang, yang banyak pepeohonan dan area terbuka, di bagian sebelah barat terdapat Sungai Bogowonto, mungkin ini yang menyebabkan Cekakak Sungai maupun Cekakak Jawa di temukan di Ngalas Trenggeleng. Cekaka Jawa berukuran sedang, lebih besar dibandingkan dengan cucak kutilang, dominansi berwarna biru paruh panjang dan kokoh, berwarna merah, hal ini sesuai dengan buku MacKinnon cekaka jawa berukuran sedang (25 cm), kepala coklat tua, tenggorokan dan kerak coklat. Perut dan punggungnya biru ungu, penutup sayap hitam, bulu terbang biru terang. Bercak putih pada sayap terlihat sewaktu terbang. Cekaak Jawa biasanya bertengger pada cabang rendah pohon yang terisolasi atau pada tiang di lahan rumput terbuka. Memburu serangga dan mangsa lain. (MacKinnon.2010: 226- 277). Sedangkan Cekak Sungai bentuk dan ukuran tubuh mirip dengan Cekak Jawa, bagian sayap, kepala bagian atas, dan ekor berwarna biru terang, bagian bawah dominansi berwarna putih, hal ini sesuai dengan buku MacKinnon Cekakak Sungai berukuran sedang (24 cm). Mahkota, sayap, punggung, dan ekor biru kehijauan berkilau terang. Kekang putih, kerah dan tubuh bagian bawah putih. Cekakak Sungai ditemukan di daerah terbuka, terutama di daerah pantai. Bertengger pada batu atau pohon. Berburu di sepanjang pantai atau di daerah terbuka dekat perairan, termasuk pohon, kota dan perkebunan. (MacKinnon. 2010: 227).
III.          Selanjutnya kategori burung- burung yang jarang ditemukan di Ngalas Trenggeleng, yakni burung kancilan bakau, cipoh kacat, pelanduk topi hitam, wiwik, kapinis rumah, elang-alap cina dan layang-layang api.
1.      Kancilan Bakau saat pegamatan sendirian, tidak berpasangan, dan beada pepohonan sambil mengeluarkan suara, burung ini berukuran kecil (sebesar Burung Gereja), dengan didominasi tubuh berwarna keabu-abuan, pruh kokoh pendek dan berwarna hitam. Hal ini sesuai dengan buku  MacKinnon Kancian Bakau didominasi tubuhnya berwarna keabu- abuan berukuran sedang (14 cm) suara degngan siulan nyaring merdu terdiri atas tiga- enam nada yang tiba- tiba terputus berakhir dengan nada yang menyentak ( seperti bunyi “pukulan cambuk”), kadang- kadang dengan sentakan ganda. Kebiasaan mengunjungi hutan mangrove, semak pantai, hutan sekunder, rumpun Banbu atau Palem. Ditemukan sendirian atau berpasangan .(MacKinnon.2010: 383- 384).
2.      Pelanduk- topi Hitam, saat pengamatan burung ini berpasangan di bawah naungan pepohonan mencari makan di antara seresah- seresah daun, sehingga terkadang tersamarkan. Burung ini dominan berwarna coklat, yang paling menonjol adalah warna garis agak lebar pada kepala. Hal ini sesuai dengan buku MacKinnon Pelanduk-topi Hitam berukuran sedang (17 cm), berwarna coklat dengan mahkota berwarna kehitaman dan garis alis yang jelas, yang berwarna kuning kemerahan di depan dan putih dibelakang , tubuh bagian atas berwarna coklat kemerahan, bagian bawah berwarna kuning kemerah- merahan dan tenggorokan keputih- putihan. Biasanya menghuni tumbuhan bawah di hutan primer atau sekunder, dan rumpun banbu atau palem. Biasanya menyendiri, kadang- kadang dalam kelompok kecil atau berpasangan, di atas atau dekat permukaan tanah. (MacKinnon.2010:308).
3.      Cipoh Kacat, saat pengamatan burung ini ditemukan hanya pada hari pertama dan tidak ditemukan pada hari kedua. Burung ini ditemukan pada tanamn sengon, berjumlah kelompok kecil, dan berpindah- pindah dari pohon sengon satu ke Pohon Sengon yang lain. Cipoh Kacat berciri- ciri berukuran sedang, lebih kecil daripada cucak kutilang, dominansi berwarna hijau muda, pada sayap terdapat garis berwarna putih kekuningan secara horizontal, hal ini sesuai dengan buku MacKinnon Cipoh Kacat berukuran kecil (14 cm). Tubuh bagian atas hijau zaitun, sayap kehitaman. Tetapi sisi bulu putih, linhkar mata kuning, tubuh bagian bawah kuning. Kebiasaan menghuni taman, hutan mangrove, hutan terbuka, dan hutan sekunder, umumnya sendiri atau berpasangan, berlompatan di cabang- cabang pohon kecil.( MacKinnon.2010: 277)
4.      Wiwik, saat pengamatan hanya terdengar suaranya dengan jelas, namun tidak terlihat dengan jelas, sehigga mengalami kesulitan dalam pembahasan.
5.      Kapinis Rumah, saat pengamatan burung ini ditemukan pada hari kedua, hanya satu dan terbang melayang- layang, bersama dengan Walet Linci. Kapinis Rumah dengan ciri- ciri berukuran lebih besar dibandingkan dengan walet linci, dominan berwarna hitam, sayap panjang dan ramping, tunggir putih, ekor tidak menggarpu, hal ini sesuai dengan buku MacKinnon Kapinis Rumah dengan ciri- ciri berukuran sedang (15 cm), berwarna hitam dengan tenggorokan dan tunggir putih. Ekor bertakik, bukan menggarpu. Biasa hidup dalam kelompok besar, berburu dengan cara terbang, biasanya di daerah terbuka. (MacKinnon.2010: 217)
6.      Layang-layang Api, saat pengamatan burung ini hanya satu dan hanya melintas. Layang-layang Api dengan ciri- ciri berukuran sedang, sebesar Walet Linci , saat terbang ekor tampak menggarpu panjang, saat terbang sayap dibentangkan kebelakang, hal ini sesuai dengan buku MacKinnon Layang-layang Api berukuran sedang (20 cm termasuk bulu ekor yang memanjang). Tubuh bagian atas berwarna biru baja, pinggir tenggorokan kemerahan, perut putih, ada garis biru pada dada atas dan ekor sangat panjang. Kebiasaan melayang den melingkar di udara atau terbang rendah di atas tanah atau air untu menangkap serangga kecil, terkadang bertengger di ujung- ujung pohon yang telah mati. (MacKinnon.2010: 267)
7.    Elang-alap Cina, saat pengamatanburung ini ditemukan berturut- turut selama dua hari, berada di ranting pohon. Dapat di pastikan bahwa elang- alap cina sedang migrasi, mengingat bahwa bulan Oktober- November merupakan migrasi burung- burung reptor, termasuk elang-alap cina. Elang- alap Cina dengan ciri- ciri berukuran sedang, lebih kecil dibandingkan dengan Elang-ular Bido, warna bulu pada tubuhnya dominan berwarna keabu- abuan, kaki berwarna kining, terdapat garis- garis gelap pada ekor. Hal ini sesuai dengan buku menurut MacKinnon elang-alap cina berukuran sedang (33 cm), tubuh bagian atas abu- abu biru, tubuh bagian bawahnya putih, terdapat sapuan merah karat yang samar pada dada dan sisi tubuh, dengan sedikit garis abu- abu pada paha. Iris merah atau coklat, paruh abu- abu dengan ujung hitam, ser dan kaki jinga. Kebiasaan memangsa kodok, belalang, kadal, dan burung kecil di daerah terbuka. Biasanya berburu dari tenggeran, tetapi kadang- kadang terbang melingkat di atas, dan menerkan mangsanya dari tanah.








BAB IV
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan duakali pengambilan data selama dua hari dapat disimpulkan bahwa di Ngalas Trenggeleng terdapat 20 jenis burung yakni; burung-madu kelapa, burung- madu sriganti, bondol jawa, cucak kutilang, kancilan bakau, sepah kecil, kadalan birah, elang-ular bido, elang-alap cina, cipoh kacat, kancilan bakau, cekakak jawa, cekakak sungai, dederuk jawa, pelanduk-topi hitam, walet linci, kapinis, wiwik, layang- layang api, dan cinenen pisang.
Sedangkan burung yang paling sering dijumpai Yakni  Walet Linci, Burung-madu Kelapa Dan Burung-madu Sriganti. Burung seperti Dederuk Jawa, Kadalan Birah, Elang-ular Bido, Cinenen Pisang, Bondol Jawa,  Sepah Kecil, Cucak Kutilang, Cekakak Jawa, Dan Cekakak Sungai, keberadaanya sering di   dijumpai, namun tidak sesering Walet Linci, Burung-madu Sriganti, Maupun Burung-madu Kelapa. Burung- burung yang jarang ditemukan di Ngalas Trenggeleng, yakni burung Kancilan Bakau, Cipoh Kacat, Pelanduk-topi Hitam, Wiwik, Kapinis Rumah, Elang-alap Cina Dan Layang-layang Api.
B.   Saran
Sebaiknya pengamatan tidak hanya dilakuka sebanyak dua kali selama dua hari, disarankan lebih dari dua kali. Lebih diperbanyak lagi sumber literatur yang digunakan dan lebih mahir dalam menggunakan kamera.






Daftar Pustaka

MacKinnon, John. 2010. Burung- burung di Sumatara, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Bogor: Burung Indonesia
Sujana, Arman. 2007. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Mega Aksara

http://digilib.uin-suka.ac.id/10797/1/